Selasa, 09 Agustus 2011

GBS Juga Menyerang Orang Dewasa


Rabu, 10 Agustus 2011 , 10:49:00


 Tissa Trinovia saat dirawat di RS Dharmais Jakarta.

JAKARTA- Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyatakan Guillian Barre Sydrome adalah salah satu penyakit langka di dunia. Namun kini sepertinya GBS tak lagi langka di Indonesia. Bukan hanya Azka (4) dan Shafa (4), dua balita yang kini masih berjuang hidup dengan GBS. Kini penyakit itu juga Tissa Trinovia (17). Atlet bola basket itu pun kini juga hidup bagai manusia mesin.

Putri bungsu Teguh dan Endah, warga kompleks Angkasa Pura II Jalan Mutiara Blok C23 No.1, RT 01/RW 007 Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten ini sudah hampir dua bulan menjadi penghuni ruang ICU lantai III RS Dharmais, Jakarta.

Tidak ada yang menyangka, bila Tissa yang awalnya ceria, aktif dan gesit kini tumbang tak berdaya akibat GBS. Semuanya terlihat sangat normal, apalagi selain aktif di OSIS SMU 1 Tangerang, Tissa juga dikenal sebagai atlet basket dan softball di sekolahnya.

Namun semuanya berubah dan menjadi mimpi buruk bagi keluarga Teguh pada tanggal 16 Juni lalu. Saat itu menjelang magrib, Tissa mulai mengeluhkan badannya terasa kelelahan, kaki kesemutan dan sangat berat digerakkan. Tissa bahkan meminta kakaknya, Tussi untuk mengantarnya cek ke dokter.

"Saya sempat heran, padahal Tissa selama ini tidak pernah mengeluh sakit apalagi minta diantar ke dokter. Bahkan 3 hari sebelumnya, saya sama Tissa sempat olahraga di Senayan," kata Tussi, kakak sulung Tissa pada JPNN yang menemuinya di RS Kanker Dharmais, Selasa (9/8) malam.

Kondisi Tissa terus melemah dan keluarga segera melarikannya ke RS Mayapada.
Para dokter sempat memvonis Tissa kekurangan Kalium. Obat-obatan pun diberikan namun bukannya membaik, Tissa terus memburuk. Hanya dalam hitungan jam, Tissa pun nyaris lumpuh dan harus dipapah saat Dokter merujuknya ke RS Dharmais.

Sampai di RS Dharmais, Tissa langsung masuk ICU dan mendapatkan bantuan alat pernafasan (ventilator). Sejak itulah Tissa yang dikenal aktif, pelan-pelan ibarat mati suri. Jangankan menggerakkan badan, bahkan membuka mata saja pun tidak bisa. Tissa langsung koma dan sekitar 10 hari kemudian barulah para dokter memvonisnya terserang GBS.

"Kami tak pernah tahu apa itu GBS? Sebabnya apa, darimana dan bagaimana bisa anak kami yang semula sehat, mendadak harus hidup menggunakan mesin tanpa henti hanya dalam hitungan jam dan hari," kata Teguh.

Pensiunan Angkasa Pura II ini pun harus menerima kenyataan. Memperjuangkan kehidupan putri bungsunya dengan berkejar-kejaran antara nyawa dan waktu. Biaya RS dan obat-obatan yang sangat mahal, harus ditanggungnya sendiri. Padahal uang pensiun yang diterimanya hanya Rp1,4 juta per bulan.

Teguh awalnya masih bisa berjuang untuk Tissa dengan mengandalkan tabungan, pinjaman, sumbangan dan hutang kiri kanan. Namun menghitung hari hingga masuk hitungan bulan, Tissa tak kunjung jua menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.

"Hingga hari ini biaya RS sudah sekitar Rp350 juta. Yang sudah saya bayar sekitar Rp170 jutaan. Sisanya sekitar Rp155 jutaan masih berhutang ke pihak RS. Yang membuat saya panik, hingga saat ini tidak ada satupun yang bisa memastikan kapan anak saya akan sembuh," kata Teguh.

Dari awalnya termasuk golongan mampu, kini Teguh ibarat dimiskinkan oleh GBS. Meski sudah mengeluhkan kondisi putrinya ke berbagai pihak, namun Teguh belum mendapat bantuan apapun dari pemerintah.

"Dari perusahaan, santunan pensiunan hanya untuk saya dan istri. Sedangkan untuk anak tidak ada. Dari pemerintah juga saya tidak bisa mengajukan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), karena semua orang taunya saya mampu. Tapi dengan kondisi seperti ini, semua harta rasanya sudah habis. Kami pun hanya tinggal di rumah komplek yang harusnya ketika masuk usia pensiun wajib kami tinggalkan," kata Teguh.

Setiap harinya Teguh dan Novita berharap Tissa bisa kembali ceria dan aktif seperti sedia kala. Namun Tissa yang sudah menjalani tiga kali cuci plasma (setiap satu kali biayanya Rp25 juta lebih), tetap saja tidak banyak menunjukkan perubahan. Cuci plasma hanya mampu membuat Tissa bisa berkomunikasi melalui gerak kepala dan mata saja. Sementara gerak motorik lainnya lumpuh total.

Saat JPNN berkesempatan mengunjungi ruang ICU, berbagai mesin pemantau gerak motorik tampak mengelilingi ranjang dimana hampir 2 bulan Tissa berbaring. Karena GBS juga sudah menyerang gerak motorik paru-parunya, Tissa terpaksa bernafas menggunakan ventilator yang dilubangi melalui lehernya. Tissa sang atlet Basket itu benar-benar terlihat ringkih dan tidak berdaya. Hanya bola matanya saja yang terlihat bergerak.

JPNN berusaha mengajak Tissa berkomunikasi dengan cara memegang tangannya. Tissa sempat memandang. Terlihat rona letih diwajahnya. "Tissa ngantuk ya?". Pertanyaan inipun dijawabnya dengan satu kedipan seolah mengiyakan.

"Beginilah kondisi anak saya sekarang. Hampir semuanya sudah bergantung dari mesin. Kami sudah bingung mau mencari biaya pengobatan dari mana lagi. Sebagai seorang ayah, saya akan berjuang sampai kapanpun demi kesembuhan anak saya ini. Apapun yang terjadi," kata Teguh yang mengaku tak pernah meninggalkan rumah sakit meski sehari pun.

Bahkan untuk mengakali biaya rumah sakit yang cukup mahal, Teguh harus membelanjakan uangnya secara bijak. Sebagian peralatan medis dibelinya dari luar RS, sedangkan obat-obatan tetap ditebus di RS.

"Sebenarnya tidak sanggup dengan biaya yang begitu besar, tapi kami tidak mungkin menyerah sementara Tissa sudah demikian kuat bertahan. Kami hanya bermohon pemerintah menolong kesusahan kami saat ini. Karena kami sudah tak punya apa-apa lagi," kata Teguh bermohon.(afz/jpnn)

1 komentar:

  1. Aku harus bersaksi tentang perbuatan baik dari Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Saya Husnah dan saya mengambil waktu saya keluar untuk bersaksi Ibu Amanda karena dia akhirnya menawarkan saya.
    Saya dan suami saya masuk ke utang yang sangat besar dengan Bank dan kami mencari pinjaman dari perusahaan pinjaman yang berbeda tetapi semua datang ke sia-sia. sebaliknya mereka membawa kita ke dalam lebih banyak utang meninggalkan kami bangkrut sampai saya datang di kontak dengan Ibu Amanda, yang menawarkan pinjaman. Sekarang kita telah akhirnya menetap utang kami dan memulai bisnis baru dengan uang yang tersisa dari pinjaman. Anda dapat menghubungi dia hari ini untuk pinjaman apapun dan jumlah.
    Hubungi Ibu Amanda melalui salah satu email berikut. amandaloans@qualityservice.com atau amandarichardson686@gmail.com atau Anda dapat menghubungi saya melalui email saya untuk arahan lebih lanjut ikmahusnah@gmail.com

    BalasHapus