Jumat, 12 Agustus 2011

GBS Serang Istri Kuli Bangunan di Purwokerto

JAKARTA—Satu persatu kasus penyakit langka berbiaya mahal, Guillain-Barre Syndrome (GBS) bermunculan. Setelah Azka dan Shafa, dua balita yang akhirnya dirujuk ke RSCM Jakarta, kini kasus yang sama juga sedang dialami Tissa (17) di RS Dharmais Jakarta. Yang terbaru ditemukan adalah di RS Margono, Purwokerto, Jawa Tengah.
            JPNN berhasil menghubungi keluarga pasien Rohyati (39), seorang Ibu rumah tangga yang kini harus menjadi penghuni ruang ICU dengan bantuan alat pernafasan atau ventilator. Asrop (40), suami Rohyati mengeluhkan kondisi istrinya yang dinilai sangat membingungkan.
            ‘’Sebenarnya ini penyakit apa ya? Yang bisa bergerak cuma matanya saja sedangkan lainnya, seluruh tubuh tidak bisa bergerak,’’ kata Asrop yang mengaku sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan itu.
            Asrop menceritakan penyakit GBS yang dialami Rohyati dimulai dari keluhan istrinya yang merasa sering kelelahan. Dalam beberapa hari, Rohyati juga mengeluh sering merasakan sakit di tulang punggung bagian belakang, capek-capek dan sering tidak bisa berdiri.
            Rabu (9/8) lalu istrinya mendadak merasakan kesemutan yang luar biasa dibagian kakinya. Dan rasa sakit terus menjalar ke bagian tubuh lainnya. Dalam hitungan jam, Rohyati nyaris mengalami kelumpuhan dan dibawa ke RS terdekat.‘’Kata Dokter istri saya kena penyakit syaraf dan otot. Tapi kondisinya terus memburuk sampai tidak bisa bernafas,’’.
Pihak RS akhirnya merujuk Rohyati untuk segera dibawa ke RSUD Margono, Purwokerto. Rohyati, Ibu rumah tangga yang gesit itu kini harus terbaring koma menghuni ruang ICU rumah sakit dan diagnosis terserang GBS.
            ‘’Waktu di RS pertama saya sudah bayar Rp1,5 juta. Sekarang katanya satu malam di ruang ICU Rp500 ribu. Saya baru mau mengurus SKTM, menurut informasi katanya bisa dapat cuma Rp1,5 juta,’’ kata Asrop saat ditanya mengenai pembiayaan istrinya.
Asrop bukan hanya tidak tahu dengan penyakit istrinya. Namun juga tidak pernah tahu tentang apa yang mungkin akan dihadapi ketika istrinya divonis GBS. Karena bila dibandingkan dengan pasien-pasien GBS seperti Azka, Shafa ataupun Tissa, tentu setoran Asrop sebesar Rp1,5 juta bukanlah apa-apa.
GBS yang menyerang Azka (4) saat dirawat di RS Azra Bogor, memakan biaya hingga Rp100 juta selama 10 hari perawatan. Sedangkan Shafa (4) selama 10 bulan di RS Carolus Jakarta, menghabiskan biaya Rp600 juta dan Tissa (17) selama dua bulan, sudah menghabiskan biaya Rp350 juta. Sedangkan kepastian sembuh bagi ketiganya masih belum bisa dipastikan.
‘’Saya cuma seorang buruh biasa. Kalau dengar informasi katanya sakit GBS itu besar sekali biayanya, tentu kami sangat tidak mampu. Selama ini kami tidak pernah tahu GBS itu apa,’’ kata Asrop yang mengatakan belum ada pihak Dinas Kesehatan Banyumas yang datang menjenguk ke RS meski Menteri Kesehatan sudah mengumumkan bahwa pasien GBS harus mendapatkan perhatian khusus.
Saat dihubungi JPNN, Jumat malam (12/8), Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan bahwa GBS meski jarang tapi sekarang sudah banyak ditemukan di Indonesia. Pihaknya akan semaksimal mungkin melakukan penanganan terbaik bagi pasien-pasien GBS yang sekarang banyak bermunculan setelah Azka, Shafa dan Tissa.
‘’Penduduk kitakan banyak. Ada sekitar 240 juta. Jadi kalau 1:1.000.000 saja, maka ada 240 orang pertahun di Indonesia,’’ kata Endang.
Setelah langsung memindahkan Azka dan Shafa ke RSCM Jakarta, serta memberikan perhatian khusus pada Tissa yang masih dirawat di RS Dharmais, Jakarta, Endang yang selama ini sangat aktif terhadap pasien GBS, berjanji akan segera melakukan penanganan khusus pula pada pasien GBS yang baru ditemukan lagi di Purwokerto.’’Kami akan cek juga mekanisme pembayarannya. Bila tidak mampu bisa dibantu dengan SKTM,’’ katanya.
Endang pun meminta seluruh masyarakat Indonesia ikut aktif peduli GBS. Saat ini secara independen, informasi mengenai GBS bisa diakses melalui www.peduligbs.blogspot.com atau menghubungi nomor 081378362636.
 Informasi mengenai Rohyati sendiri, berawal dari salah satu pembaca web blog ini. Menkes Endang pun mendukung kelompok independen masyarakat yang saat ini menjadi salah satu wadah informasi penyakit GBS.’’Terimakasih atas usaha dan informasinya,’’ kata Endang menanggapi munculnya komunitas peduli GBS.(afz/jpnn)

1 komentar:

  1. Aku harus bersaksi tentang perbuatan baik dari Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Saya Husnah dan saya mengambil waktu saya keluar untuk bersaksi Ibu Amanda karena dia akhirnya menawarkan saya.
    Saya dan suami saya masuk ke utang yang sangat besar dengan Bank dan kami mencari pinjaman dari perusahaan pinjaman yang berbeda tetapi semua datang ke sia-sia. sebaliknya mereka membawa kita ke dalam lebih banyak utang meninggalkan kami bangkrut sampai saya datang di kontak dengan Ibu Amanda, yang menawarkan pinjaman. Sekarang kita telah akhirnya menetap utang kami dan memulai bisnis baru dengan uang yang tersisa dari pinjaman. Anda dapat menghubungi dia hari ini untuk pinjaman apapun dan jumlah.
    Hubungi Ibu Amanda melalui salah satu email berikut. amandaloans@qualityservice.com atau amandarichardson686@gmail.com atau Anda dapat menghubungi saya melalui email saya untuk arahan lebih lanjut ikmahusnah@gmail.com

    BalasHapus